PURWOREJO,Untuk menghadapi bencana terutama pada musim hujan yang dimungkinkan terjadi pada Desember atau January agar masyarakat selalu siaga dan waspada. Karena saat ini hujan sudah terjadi di Wilayah Kabupaten Purworejo, yang sangat berpotensi bencana ,maka dibutuhkan pencegahan serta kesiapan kesiagaan bagi masyarakat., tegas bupati pada saat memberi sambutan dalam rakor menghadapi Musim Penghujan Tahun 2019 - 2020,di Pendopo Bupati Purworejo pada Rabu ( 4/12 ).
Dalam bulan pancaroba dari perubahan musim kemarau ke musim hujan biasanya terjadi bencana tanah longsor, banjir ,puting beliung ,serta bencana lainya. Kesiapan dan kesiagaan dalam rakor ini sangatlah penting guna menghadapi musim hujan yang dirasa akan terjadi potensi bencana . Rakor yang dihadiri 500 peserta yang terdiri dari unsur Perangkat Desa, Polsek, Koramil dan Relawan. Bupati Purworejo Agus Bastian menyerahkan bantuan yaitu , 3 unit perahu fiber ke tiga Kecamatan yakni, Purwodadi, Bagelen, Butuh karena ketiga kecamatan tersebut sangat rawan bencana banjir.
Bupati Purworejo,Agus Bastian mengatakan, bahwa Pemkab Purworejo terus berupaya mengantisipasi datangnya musim hujan selain memberi bantuan perahu fiber juga kesiapan sumberdaya manusia ,anggaran ,peralatan dan logistik. Juga penanganan paska bencana dalam kurun waktu 3 tahun dilakukan pembangunan infranstruktur yang terdampak dari bencana.. Seperti rekonstruksi sebanyak jembatan di lereng Desa awu-awu dan rekonstruksi talud jalan di Desa Durensari. Sedangkan perbaikan rumah rusak sejumlah 54 rumah yang tersebar di 21 desa di 10 kecamatan.
Terkait bencana kekeringan tahun ini Pemerintah Kabupaten Purworejo telah mendistribusikan 3200 tangki atau 16 juta liter air bersih yang disalurkan ke 68 desa kelurahan. Bahkan saya memperpanjang kebijakan penanganan keadaan darurat kekeringan dengan menambah alokasi anggaran untuk bantuan air bersih, mengingat musim hujan belum merata.
“Upaya ini semata-mata untuk menyelamatkan masyarakat. Kita semua harus ihtiar, untuk keselamatan masyarakat. Diharapkan masyarakat tetap tenang, tidak panik tapi tetap waspada,” ujarnya.
Strategi penanggulangan bencana dimulai dari penilaian dan pemetaan risiko bencana untuk menentukan daerah berisiko tinggi dan prioritas penanganan. Kewaspadaan dan kesiapan kita, baik aparatur pemerintah, komunitas relawan, maupun masyarakat dalam menghadapi bencana, perlu terus ditingkatkan.
“Kita perlu untuk terus mensosialisasikan kewaspadaan dan menciptakan masyarakat Kabupaten Purworejo agar tangguh dalam menghadapi bencana,” pungkasnya.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Purworejo, Drs Sutrisno Msi menjelaskan, sebelumnya BPBD telah menerima informasi bahwa pada minggu kedua bulan November diperkirakan sudah hujan. Namun, berdasarkan informasi kedua dari BMKG menyebutkan bahwa musim penghujan mundur dan hujan dengan intensitas tinggi diperkirakan baru akan terjadi pada dasarian kedua Desember.
“Yang menjadi catatan, karena hujan tidak datang-datang, yang ditakutkan adalah ketika datang hujan sangat deras sehingga mengakibatkan bencana seperti longsor dan banjir. Karena itu masyarakat harus siap. Siaga, tetapi tetap jangan cemas atau khawatir,” kata Sutrisno.
Dikatakan Sutrisno, bentuk kesiapsiagaan yang dapat dilakukan masyarakat antara lain dengan mengetahui potensi kerawanan bencana di sekitar tempat tinggalnya. Kemudian bagaimana cara mengantisipasi dan menyelematkan diri seandainya bencana benar-benar terjadi.
Dalam bulan pancaroba dari perubahan musim kemarau ke musim hujan biasanya terjadi bencana tanah longsor, banjir ,puting beliung ,serta bencana lainya. Kesiapan dan kesiagaan dalam rakor ini sangatlah penting guna menghadapi musim hujan yang dirasa akan terjadi potensi bencana . Rakor yang dihadiri 500 peserta yang terdiri dari unsur Perangkat Desa, Polsek, Koramil dan Relawan. Bupati Purworejo Agus Bastian menyerahkan bantuan yaitu , 3 unit perahu fiber ke tiga Kecamatan yakni, Purwodadi, Bagelen, Butuh karena ketiga kecamatan tersebut sangat rawan bencana banjir.
Bupati Purworejo,Agus Bastian mengatakan, bahwa Pemkab Purworejo terus berupaya mengantisipasi datangnya musim hujan selain memberi bantuan perahu fiber juga kesiapan sumberdaya manusia ,anggaran ,peralatan dan logistik. Juga penanganan paska bencana dalam kurun waktu 3 tahun dilakukan pembangunan infranstruktur yang terdampak dari bencana.. Seperti rekonstruksi sebanyak jembatan di lereng Desa awu-awu dan rekonstruksi talud jalan di Desa Durensari. Sedangkan perbaikan rumah rusak sejumlah 54 rumah yang tersebar di 21 desa di 10 kecamatan.
Terkait bencana kekeringan tahun ini Pemerintah Kabupaten Purworejo telah mendistribusikan 3200 tangki atau 16 juta liter air bersih yang disalurkan ke 68 desa kelurahan. Bahkan saya memperpanjang kebijakan penanganan keadaan darurat kekeringan dengan menambah alokasi anggaran untuk bantuan air bersih, mengingat musim hujan belum merata.
“Upaya ini semata-mata untuk menyelamatkan masyarakat. Kita semua harus ihtiar, untuk keselamatan masyarakat. Diharapkan masyarakat tetap tenang, tidak panik tapi tetap waspada,” ujarnya.
Strategi penanggulangan bencana dimulai dari penilaian dan pemetaan risiko bencana untuk menentukan daerah berisiko tinggi dan prioritas penanganan. Kewaspadaan dan kesiapan kita, baik aparatur pemerintah, komunitas relawan, maupun masyarakat dalam menghadapi bencana, perlu terus ditingkatkan.
“Kita perlu untuk terus mensosialisasikan kewaspadaan dan menciptakan masyarakat Kabupaten Purworejo agar tangguh dalam menghadapi bencana,” pungkasnya.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Purworejo, Drs Sutrisno Msi menjelaskan, sebelumnya BPBD telah menerima informasi bahwa pada minggu kedua bulan November diperkirakan sudah hujan. Namun, berdasarkan informasi kedua dari BMKG menyebutkan bahwa musim penghujan mundur dan hujan dengan intensitas tinggi diperkirakan baru akan terjadi pada dasarian kedua Desember.
“Yang menjadi catatan, karena hujan tidak datang-datang, yang ditakutkan adalah ketika datang hujan sangat deras sehingga mengakibatkan bencana seperti longsor dan banjir. Karena itu masyarakat harus siap. Siaga, tetapi tetap jangan cemas atau khawatir,” kata Sutrisno.
Dikatakan Sutrisno, bentuk kesiapsiagaan yang dapat dilakukan masyarakat antara lain dengan mengetahui potensi kerawanan bencana di sekitar tempat tinggalnya. Kemudian bagaimana cara mengantisipasi dan menyelematkan diri seandainya bencana benar-benar terjadi.