PURWOREJO, Di Kabupaten Purworejo bahwa data anak usia sekolah yang tidak bersekolah mencapai 2.165 anak. Undang - undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengamanatkan ,setiap warga yang berusia 7 - 15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar.
Di Kecamatan Kemiri ,Kepala Sekolah SMP N 32 yakni Agung Setiono SE,M,Pd merasa prihatin karena dari tahun 2017 - 2019 mengalami peningkatan siswa - siswa yang putus sekolah sejumlah 24 anak di sekolahanya. Maka hal ini menjadi tanggung jawab bersama ,kemudian Kepala Sekolah SMP N 32 menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi dan mencari solusi untuk menekan Angka Putus Sekolah dan Permasalahan Siswa SMP N 32 Purworejo tahun 2019.
Karena pendidikan menjadi tanggung jawab bersama ,antara pemerintah,masyarakat juga keluaraga. Pemerintah melalui Undang - Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas sudah merencanakan wajib belajar tidak hanya 9 tahun dan menurut Nadien Makarim sampai 12 tahun, tetapi masih saja banyak anak putus sekolah, ungkap KS Agung Setiono SE, M,Pd.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Purworejo yakni Sukmo Widi Harwanto SH, MM, ditemui awak media kemarin mengatakan , bahwa kami sangat mengapresiasi upaya dari SMP N 32 tentang kegiatan sosialisasi dan mencari solusi untuk menekan angka yang putus sekolah yang kususnya terjadi di SMP N 32.
Dan Kepala Sekolah SMP N 32 dalam hal ini telah mengumpulkan Stek Holder yang terdiri dari tokoh masyarakat, Kepala Desa, Komite Sekolah,Paranting dan Perkompica, dimana kita berharap nantinya ada solusi yang konperensip. Karena permasalahan cukup banyak mengapa banyak terjadi anak - anak putus sekolah, karen ada beberapa faktor yaitu dari sisi orang tua yang bekerja di luar kota dan anak ikut nenek nya , hingga neneknya juga disibukan ekonomi sehari hari, kurang pantauan dari orang tua atau perhatian dari orang tua, sehingga anak - anak bergaul menjadi salah pergaulan.
Dan bahkan secara ekonomi anak - anak banyak yang cukup,namun dalam pergaulan yang salah lepas pantaun dari orang tuanya hingga banyak menjadi anak - anak pang. Kalau dikatakan faktor ekonomi ya memang ada tapi tidak dominan, yang paling dominan sekarang ini salah pergaulan, tandas Sukmo Widi Harwanto.