Liputan Jawa Tengah.com ( PURWOREJO ) Kelurahan Purworejo yang terletak di Pusat Kota Kabupaten Purworejo,masuk dalam wilayah Kecamatan Kota Purworejo. Luas wilayah Kelurahan Purworejo ,2.503,39 hektar dan bagian utara berbatasan dengan Kelurahan Mudal ,bagian timur dengan Kelurahan Baledono,bagian selatan berbatasan dengan Kelurahan Pangen Juru Tengah dan Pangenrejo, bagian barat berbatasan dengan Kelurahan Sindurjan serta Kelurahan Mranti.
Kelurahan Purworejo yang terletak di pusat kota dengan wilayah yang cukup luas terbagi atas 18 Rukun Warga (RW) serta 82 Rukun Tetangga (RT). Sesuai data tahun 2018 - 2019 ,jumlah penduduk 13.156 jiwa ,terdiri kaum laki - laki 6.429 jiwa dan kaum perempuan 6.727 jiwa. Di Kelurahan Purworejo terdapat sejumlah Kampung yaitu, Brengkelan, Tuk Songo, Sumur Dawa, Tegalsari,Tegalmalang, Sebomenggalan, Suronegaran, Kepatihan, Pandekluwih serta Plaosan.
Dan perlu diketahui bahwa sebelum Kabupaten Purworejo berdiri ,bahwa jaman perang Diponegero sudah berdiri Kabpaten Brangkilen yang sekarang disebut Brengkelan. Sebutan dari Brangkilen yang sekarang menjadi Brengkelan adalah pemberian nama dari Sultan Agung Hanyokrokusumo Raja Mataram. Karena Brangkilen atau Brengkelan yang terletak di sebelah barat Kali Bogowonto, maka oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo diberinama Desa Sebrangkilen yang ucapan menjadi Brangkilen dan sekarang menjadi Brengkelan.
Kabupaten Brengkelan yang didirikan oleh Pangeran Diponegoro pada tahun 1826 dan melantik Bupati Brengkelan yakni R. Madyokusumo,karena untuk membantu Pangeran Diponegoro dalam perang melawan Belanda atau VOC. Wilayah Kabupaten Brengkelan terdiri dari ,Purworejo keselatan sampai Dungkebo,Banyuurip sampai Bayan sebelah timur Kalijali, Gebang,Bener itulah Wilayah Kabupaten Brengkelan.
Dan siapakah R. Madyokusumo, adalah Putra dari Sayyid Husen perkawinan dengan istri dari Putri Sri Sultan Hamengkubuwono ll. Sayyid Husen adalah utusan dari Sultan Cirebon yang disuruh untuk mengamankan kerusuhan yang terjadi Mataram Yogyakarta. Karena Sri Sultan Hamengkubuwono ll sangat sulit mengatasi kerusuhan di Mataram Yogyakarta , maka HB ll meminta tolong bantuan pada Sultan Cirebon untuk mengatasinya. Kemudian Sultan Cirebon mengutus Sayyid Husen untuk mengatasi kerusuhan di Mataram Yogyakarta.
Kemudian Sayyid Husen mampu mengatasi kerusuhan di Mataram Yogyakarta, maka Sayyid Husen ,keberhasilan Sayyid Husen ini kemudian dijadikan mantu dikawinkan dengan putrinya. Dari hasil perkawinan Sayyid Husen dengan putri HB ll melahirkan dua orang anak laki- laki yakni ,Sayyid Abubakar Puspodirjo dan Sayyid Ibrahim Madyokusumo. Sayyid Husen yang brhasil membasmi kerusuhan tersebut diberi gelar oleh HB ll yakni Pangeran Samparwadi dan juga diberi gelar Syech Kasan Munadi. Dan kemudian Sayyid Husen atau Pangeran Samparwadi atau Syech Kasan Munadi melanjutkan syiar ke Kadipaten Tanggung Sidomulyo, Bagelen sekitarnya dan dikuti salah satu putranya yakni Sayyid Ibrahim Madyokusumo.
Di Kadipaten Tanggung Sayyid Husen atau Pangeran Samparwadi atau Syech Kasan Munadi diambil Mantu oleh Raden Tumenggung Dipodirjo 1 yang merupakan cucu dari Gagak Pernolo lll dinikahkan dengan Raden Nganten (R ngt) Kasan Munadi. Sampai saat ini makam dari Sayyid Ibrahim Madyokusumo yang lebih dikenal Raden Madyokusumo belum di ketahui makamnya, karena ditangkap nya Pangeran Diponegoro bersamaan dengan R. Madyokusumo. Sedangkan Ayah R. Madyokusumo yakni Sayyid Husen atau Pangeran Samparwadi atau Secyh Kasan Munadi di Makamkan di dekat Gagak Pernolo 1.