Liputan Jawa Tengah.com(PURWOREJO) Wakil Menteri Agama Republik Indonesia (STAIAN) Sekolah Tinggi Islam An-Nawawi Purworejo. Kunjungan tersebut dalam rangka Studium Generale (kuliah umum) yang digelar di Auditorium KH Nawawi Shiddieq STAIAN Purworejo, Jawa Tengah pada Sabtu (09/10/2021).
Untuk menyiapkan SDM Perguruan Tinggi yang berbasis Pondok Pesantren dalam mewujudkan Moderasi Beragama tema yang diambil dalam Kuliah Umum yang digelar . Wakil Menteri Agama Republik Indonesia yakni Zainut Tauhid Sa"adah mengatakan ,bahwa dengan pemahaman agama Islam yang moderat dan dinamis ,maka Islam bisa meraih kembali kejayaanya seperti dahulu.
"Saat ini pemikiran yang konservatif, kaku dan ekstrim adalah hambatan utama dalam kemajuan Islam, dikarenakan pemikiran tersebut bisa memicu seseorang untuk melakukan tindakan radikal, sehingga mencoreng agama Islam yang rahmatan lil alamin," tegasnya.
Lebih lanjut, Wamen Agama RI mengatakan, dalam pemahaman agama yang moderat dan dinamis merupakan pijakan yang kuat menuju peradaban islam yang kita cita-citakan.
"Islam dulu pernah berjaya dan jika cara berfikir kita kaku dan ekstrim maka kita akan terus tertinggal," katanya.
Wamen menambahkan, cara berfikir secara moderat dan dinamis menjadi kekuatan islam untuk kembali menuju kejayaan.
"Sesungguhnya pada setiap kali umat islam melakukan ibadah sholat, juga secara otomatis mendoakan umat islam lainnya agar senantiasa berada di jalan yang lurus karena tidak melenceng ke kanan atau ke kiri," imbuhnya.
Diungkapkanya, seseorang dengan pemikiran ekstrim tersebut merasa dirinya paling benar, menganggap yang lain salah dan bid'ah. Cara berfikir tersebut bisa menimbulkan pemikiran yang konservatif dan kaku.
"Itu yang menjerumuskan orang kemudian untuk bersikap radikal, mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan," ungkapnya.
Sementara itu, KH Achmad Chalwani selaku Ketua Dewan Senat STAIAN Purworejo menyampaikan, bahwa STAIAN masih fokus untuk menjadi perguruan tinggi yang lebih maju lagi baik dari segi SDM maupun Infrastruktur.
"Terutama dari segi infrastruktur dan juga dalam pengajuan alih status, kami mohon doa dan dukungannya," tandasnya
Selanjutnya, Ashfa Khoirun Nisa selaku Ketua STAIAN Purworejo mengatakan, bahwa penguatan moderasi beragama dalam pendidikan tinggi menjadi tuntutan global, apalagi pendidikan tinggi keagamaan.
"Pendidikan tinggi harus memiliki aksi dan konsep terkait moderasi agama dikarenakan agama memiliki pengaruh besar dalam berbagai sektor kehidupan. Tapi kadang peran agama diekspresikan oleh sebagian penganutnya secara radikal, akibatnya agama dipahami sesuai teks dengan apa adanya tanpa dilakukan interpretasi atau tafsir secara holistik," katanya.
Khoirun Nisa menjelaskan, untuk interpretasi dan tafsir yang holistik akan melahirkan kemaknaan yang universal sesuai dengan konteks yang bisa diaktualisasian dalam kehidupan.
"Pendidikan tinggi kegamaan islam juga sangat menekankan paham islam moderat. Pendidikan tinggi memiliki peran menyiapkan SDM yang berkualitas dalam pendidikan tinggi berbasis agama, maka kami memiliki peran menanamkan nilai agama dan mengaktualisasikannya, dengan begitu akademisi akan dijaga oleh nilai yang tertanam itu," pungkasnya.