Liputan Jawa Tengah .Com - PURWOREJO - Suasana penuh keceriaan dan kebanggaan sekaligus haru menghiasi Aula Gedung PGRI di Jl. Jend. Sarwo Edhie Wibowo, Sindurjan, Kabupaten Purworejo. PGRI Kabupaten Purworejo menggelar acara resepsi HUT Ke-78 PGRI dan Hari Guru Nasional Tahun 2023 ini menampilkan berbagai kegiatan meriah dan penuh makna, Sabtu (2/12/2023)
Dengan mengusung tema "Transformasi Guru Wujudkan Indonesia Maju", PGRI Kabupaten Purworejo berhasil menyelenggarakan acara yang tidak hanya membanggakan namun juga memberikan penghargaan kepada para guru yang telah berjasa. Salah satu momen emosional dalam acara ini adalah pemberian tali asih kepada 11 guru yang telah purna tugas, termasuk dalam golongan Pegawai Tidak Tetap (PPT) dan Guru Tidak Tetap (GTT).
Sementara itu di lain tempat, Irianto Gunawan, S.Pd., Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Purworejo, memaparkan realitas pahit yang dihadapi oleh para guru honorer. Mereka, yang sering kali menjadi pahlawan tanpa tanda jasa dalam bidang pendidikan, mengabdi tanpa mendapatkan penghargaan yang sepadan.
Gunawan menjelaskan bahwa para guru honorer, atau yang dikenal dengan Pegawai Tidak Tetap (PTT) dan Guru Tidak Tetap (GTT), sering kali harus menghadapi kondisi finansial yang sulit. Meskipun baru-baru ini mendapatkan Penghasilan Daerah Pengembangan Sumber Daya Manusia (PDPS) sebagai insentif dari Dinas Pendidikan, besaran penghargaan ini masih belum memadai.
Pejuang di bidang pendidikan, dia mengabdi tidak digaji kalau toh digaji hanya seberapa dan baru kemarin saja mendapatkan PDPS karena ada perjuangan. PDPS itu program dari dinas Pendidikan insentif kepada para GTT dan PTT begitu nah lewat APBD, itensifnya ada yang 600 ada yang 700 ada 650 tergantung masa kerja masa kerja," kata Gunawan.
Gunawan menyampaikan bahwa dari mana pun asalnya, baik dari APBD maupun dari sekolah tempat mereka mengabdi, insentif yang diberikan masih jauh dari cukup. Sebagai contoh, seorang guru di SMP hanya mendapatkan insentif sebesar 1.000.000, padahal ia telah mengabdi puluhan tahun.
“Dari mana-mana toh termasuk dari dari sekolah paling nggak seberapa, saya tanya yang di SMP itu dari sekolah dia dikasih 1.000.000 padahal masa kerjanya sampai puluhan tahun” lanjutnya
Merasakan kesedihan para guru ini, PGRI Kabupaten Purworejo membentuk gerakan solidaritas. Setiap anggota PGRI menyumbang 2000 setiap bulan untuk membantu sesama guru yang telah mencapai batas usia pensiun.
"Kami PGRI ini mengadakan sebuah gerakan yang namanya solidaritas kita, masing-masing anggota itu menyumbang 2000 setiap bulan kita kumpulkan lah bagi mereka yang sudah BUP (Batas Usia Pensiun) GTT 60 tahun PTT 58 itu kita beri tali asih ya bukan penghargaan bukan santunan tapi tali asih," ungkapnya dengan nada haru bahagia.
Meskipun belum semua guru yang memenuhi kriteria ini terdeteksi, PGRI Kabupaten Purworejo terus berupaya untuk menjangkau sebanyak mungkin guru yang membutuhkan bantuan. Harapannya, dana yang terkumpul dapat meringankan beban para pejuang pendidikan yang telah mengabdi tanpa pamrih. Tidak hanya sekadar penghargaan, tetapi sebagai bentuk kepedulian dan pengakuan akan dedikasi mereka.
Adapun Kesebelas GTT dan PTT yang menerima tali asih diantaranya PTT dari SDN Wangunrejo, Banyuurip, Marsadi, yang sudah mengabdi selama 30 tahun, PTT dari SDN 2 Pacekelan, Purworejo, Abdul Rohim, yang sudah mengabdi selama 18 tahun, PTT dari SDN Donorati, Purworejo, Mubaebah, yang sudah mengabdi selama 32 tahun, guru TK Semawung, Purworejo, Siti Utari, yang sudah mengabdi selama 40 tahun, guru TK Tunas Melati Tulusrejo, Grabag, Sholiyah, yang sudah mengabdi selama 30 tahun, PTT SDN Borokulon, Banyuurip, Nuryanto, yang sudah mengabdi selama 33 tahun, guru TK Pertiwi Jati, Bener, Ponimah, yang sudah mengabdi selama 27 tahun, guru TK Pertiwi Kedungpucang, Bener, Nurkhaheni, yang sudah mengabdi selama 36 tahun, guru SD Winong, Kemiri, Zaenap, yang sudah mengabdi selama 26 tahun, guru PAI SDN Keburusan, Pituruh, Rochyatun, yang sudah mengabdi selama 21 tahun dan PTT SDN Puspo, Bruno ( Heru H)