Image16
Image15
Image14
Image13
Image12
Image11
Image10
Image9
Image6
Image3
Image7
Image4
Image5
Image1
Image8
Image2

Tradisi Jamasan Pusaka Tombak dan Keris Desa Loano

Jamasan Pusaka Lembaga Masyarakat Adat Desa Loano

Purworejo – liputanjawatengah.com, Sabtu (20/07/2024) Desa Loano kembali menggelar tradisi Jamasan Pusaka, sebuah upacara sakral yang diadakan setiap hari Sabtu atau Minggu setelah 10 Suro.

Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian dari Suran Ageng Desa, sebuah ritual yang dilaksanakan setiap tiga tahun sekali menjelang acara bersih desa di tahun berikutnya. 

Suran Ageng sendiri adalah bagian dari tiga rangkaian ritual budaya besar yang saling berkaitan di Desa Loano, yaitu Suran Ageng, Sapar Agung, dan Sadran Agung.

Rangkaian ritual ini dimulai dengan Suran Ageng yang diikuti oleh Sapar Agung atau Grebek Loano, dan ditutup dengan Sadran Agung yang merupakan acara penggantian kelambu makam Gagak Handoko. 

Ketiga ritual ini berlangsung setiap tiga tahun sekali namun di tahun yang berbeda, sehingga menciptakan kesinambungan dalam upaya melestarikan budaya dan sejarah desa.

Pada tahun ini, jamasan pusaka dilaksanakan dengan penuh khidmat. Acara ini dipimpin langsung oleh pemangku adat Desa Loano, Raden Suprianto, yang memiliki nasab wali langsung ke Gagak Handoko, seorang Adipati terkenal di masa lalu yang dikenal dengan keberanian dan kebijaksanaannya. 

Prosesi dimulai dengan pengambilan pusaka dari persemayamannya di Museum Gagak Handoko, yang disebut sebagai "Bedol Pusaka".

Bedol Pusaka

Ada lima pusaka utama yang dijamas dalam acara ini, yaitu Keris Kiai Sengkelat, Keris Kiai Jalak, Tombak Kiai Warak, Tombak Kiai Jangkung, dan Tombak Kiai Semangkan. 

Selain itu, beberapa jimat peninggalan Gagak Handoko juga ikut dijamas. Pusaka-pusaka ini nantinya akan diarak pada saat bersih desa Luwano, yang menandakan kesinambungan antara ritual Suran Ageng dan bersih desa.

Selain prosesi jamasan pusaka, acara ini juga dimeriahkan dengan sajian khusus yang dikenal sebagai Tjaos Dahar. Tjaos Dahar adalah makanan kuliner yang disukai oleh para adipati Loano di masa lalu.

Tjaos Dahar

Sajian ini mencakup Wedang Jembawuk, pisang bakar, dan Buntil Pithi. Makanan-makanan ini tidak hanya berfungsi sebagai pelengkap dalam jamasan regalia Gagak Handoko, tetapi juga sebagai simbol penghormatan terhadap leluhur. 

Wedang Jembawuk misalnya, adalah minuman kesukaan Adipati Gagak Handoko, sementara Buntil Pithi, yang merupakan buntil kecil-kecil, secara filosofi mencerminkan strategi pemenuhan akomodasi perang di masa lalu.

Setelah usai acara, Erwan Wilodilogo selaku ketua panitia acara menyampaikan pesan penting bagi generasi muda. 

"Kita harus mempertahankan jati diri kita dengan mencintai sejarah dan melestarikan kebudayaan. Barang siapa yang melupakan kebudayaan, sama halnya dengan kehilangan jati dirinya," ungkapnya.

Erwan Wilodilogo

Pesan ini menekankan pentingnya melestarikan tradisi dan budaya sebagai bentuk penghargaan terhadap warisan leluhur.

Tradisi jamasan pusaka tidak hanya menjadi momen untuk menjaga pusaka-pusaka berharga, tetapi juga menjadi ajang untuk memperkuat identitas dan kebersamaan warga desa. 

Melalui acara seperti ini, generasi muda diharapkan dapat mengenal dan mencintai warisan budaya mereka, serta melanjutkan tradisi yang telah diwariskan oleh leluhur.

Dengan semangat kebersamaan dan penghargaan terhadap sejarah, Desa Loano terus menjaga tradisi jamasan pusaka sebagai bagian penting dari jati diri mereka. 

Acara ini tidak hanya menjadi simbol pelestarian budaya, tetapi juga sebagai pengingat akan pentingnya menjaga warisan leluhur bagi masa depan yang lebih baik.

Previous Post Next Post